Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seni Budaya Kelas 8 Semester 2 : Lagu Daerah

Hai sahabat Ngajar Seni Budaya pada kesempatan ini kita akan membahas materi Kelas 8 semester 2 tentang Menyanyikan Lagu Daerah. Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan pembahasan berikut ini dengan seksama.

A. Memahami Lagu Daerah

Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan ratusan suku bangsa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan ini menambah kekayaan budaya negara kita khususnya lagu daerah. Lagu daerah merupakan salah satu karya musik daerah. Lagu daerah tercipta karena keadaan suatu daerah, kesederhaan, dan kedaerahannya,

1. Pengertian Lagu Daerah

Lagu daerah adalah jenis lagu yang Ide penciptaannya berdasarkan atas budaya dan adat istiadat dari suatu daerah tertentu. Di dalam lagu tersebut terkandung suatu makna, pesan untuk masyarakat serta suasana/keadaan masyarakat, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat,

2. Jenis-Jenis Lagu Daerah

Berikut ini beberapa lagu daerah di Indonesia.
  1. Aceh : Bungong Jeumpa, Lembah Alas.
  2. Bali : Dewa Ayu, Janger, Macepet Cepetan, Mejangeran, Meyong Meyong, Ngusak Asik, Puteri Ayu, Ratu Anom.
  3. Banten : Dayung Sampan, Jereh Bu Guru, Tong Sarakah.
  4. Bengkulu : Lalan Belek, Sungai Suci, Umang-Umang.
  5. Gorontalo : Binde Biluhuta, Dabu-Dabu.
  6. Jakarta : Jali-Jali, Keroncong Kemayoran, Kicir-Kicir, Lenggang Kangkong, Ondel-Ondel, Ronggeng, Sirih Kuning, Surilang.
  7. Jambi : Batanghari, Dodoi Si Dodoi, Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang, Timang-Timang Anakku Sayang.
  8. Jawa Barat : Bajing Luncat, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es lilin, Manuk, Dadali, Neng Gelis, Nenun, Panon Hideung, Pepepling, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Sapu Nyere Pegat Simpai, Tokecang, Warung Pojok.
  9. Jawa Tengah : Bapak Pucung, Cublak-Cublak Suweng, Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul-Gundul Pacul, Ilir-llir, Jamuran, Jaranan.
  10. Jawa Timur : Gai Bintang, Kembang Malathe, Keraban Sape, Tanduk Majeng.
  11. Kalimantan Barat : Cik-Cik Periuk.
  12. Kalimantan Selatan : Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat.
  13. Kalimantan Tengah : Kalayar, Naluya, Palu Lempong Popi, Tumpi Wayu.
  14. Kalimantan Timur : Indung-Indung, Oh Adingkoh.
  15. Lampung : Cangget Agung, Lipang Lipandang. :
  16. Maluku : Ambon Manise, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Kakaktua, Burung Tantina, Goro-Goro Ne, Gunung Salatuhu, Hela Rotane, Huhatee, Kole-Kole, Lembe-Lembe, Mande-Mande, O Ulate, Ole Sioh, Nona Manis Siapa yang Punya, Rasa Sayang, Saule, Sarinande, Sayang Kene, Siwalima Arika, Sudah Berlayar, Tanase, Toki Tifa.
  17. Nusa Tenggara Barat : Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana, Tutu Koda.
  18. Nusa Tenggara Timur : Anak Kambing Saya, Bolelebo, Desaku, Lerang Wutun, O Nina Noi, Orere, Potong Bebek Angsa.
  19. Papua : Apuse, E Mambo Simbo, Sajojo, Yamko Rambe Yamko.
  20. Riau : Lancang Kuning, Ocu Maantau, Soleram, Zapin Laksmana Rai Di Laut, Zapin Pantai Solop.
  21. Sumatra Barat : Anak Doro, Ayam Deh Lapeh, Badindin, Barek Solok, Kaparak Tingga, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Kambanglah Bungo, Dayung Palinggam, Gelang Sipaku Gelang, Lah Laruik Sanjo, Mak Inang, Malam Baiko, Paku Gelang, Rang Talu, Sansaro, Seringgit Dua Kupang.
  22. Sumatra Selatan :  Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Kabile-bile.
  23. Sumatra Utara : Anju Ahu, Butet, Cikala Le Pongpong, Dago Inang Sarge, Ketabo, Leleng Ma Hupaima, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, O'pio, Piso Surit, Rambadia, Say Selamat Masinegar, Sengko-Sengko, Sigulempong, Sik Sik Sibatumanikam, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Sory Ya Katulla, Tak Tong-Tong, Tarutung Na Uli.
  24. Sulawesi Selatan  : Ammac Ciang, Anak Kukang, Anging Mamiri, Ati Raja, Batti'batti, Ganrang Pakarena, Ma Rencong, Marencong-rencong, Pakarena.
  25. Sulawesi Utara : Esa Mokan, Gadis Taruna, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo, Tahanusangkara, Tan Mahurang.
  26. Sulawesi Tengah : Tondok Kadadiangku, Tope Gugu.
  27. Sulawesi Tenggara : Peia Tawa-Tawa, Tana wolio.
  28. Yogyakarta : Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah.

3. Ciri-Ciri Lagu Daerah dan Keunikannya

Lagu daerah setempat adalah lagu yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah. Lagu daerah di Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Sederhana

Lagu daerah biasanya bersifat sederhana baik melodi maupun syairnya. Tangga nada yang digunakan kebanyakan tangga nada pentatonis. Tangga nada pentatonis adalah tangga nada yang terdiri atas 5 nada berjenjang. Tangga nada pentatonis sebenarnya tidak dapat dituliskan dalam notasi umum. Namun, notasi pentatonis dapat diterapkan mendekati jajaran nada yang digunakan nada do-re-mi-sol-la.

b. Kedaerahan

Lirik syair lagu daerah sesuai dengan daerah atau dialek yang bersifat lokal karena lagu daerah tumbuh dari budaya daerah. Lagu daerah setempat, syairnya bersifat kedaerahan sehingga artinya hanya dimengerti oleh daerah tersebut.

c. Turun-temurun

Lagu daerah pengajarannya bersifat turun-temurun dari orang tua kepada anaknya atau dari nenek kepada cucunya. Lagu daerah tersebut biasanya diciptakan dalam kondisi alam di daerah. Lagu daerah setempat dinyanyikan pada saat anak-anak bermain atau dolanan.

d. Jarang diketahui penciptanya

Lagu daerah mempunyai karakter turun-temurun karena penciptanya jarang diketaha Lagu daerah tidak diketahui penciptanya, tidak tertulis, dan sifatnya bukan semata untuk tujuan komersial. Lagu daerah kebanyakan dinyanyikan hanya pada saat bermain, musim panen, waktu senggang, atau meninabobokkan anak.

4. Unsur-Unsur dalam Lagu

Secara umum unsur-unsur musik terdiri atas bunyi, irama, melodi, harmoni, tekstur musik, bentuk musik, dan style atau gaya musik. Unsur bunyi meliputi intonasi, dinamik, dan warna nada. Di dalam unsur-unsur musik daerah memiliki perbedaan antara daerah yang satu dengan yang lain. Namun, ada unsur pokok yang hampir sama di dalam setiap musik daerah, yaitu nada, melodi, ritme, harmoni, dan syair.

Dalam pelajaran ini unsur-unsur musik daerah yang akan dibahas adalah nada, irama, tempo, dan dinamik.

a. Nada 

Secara Umum nada dipahami sebagai tinggi rendahnya bunyi dalam musik. Ada juga yang menyebut tangga nada atau laras. Nada merupakan unsur musik yang utama. Kedudukan nada begitu vital dalam musik karena mengandung pengertian berolah vokal. Nada adalah bunyi yang beraturan, yaitu memiliki frekuensi tunggal tertentu. Dalam teori musik, setiap nada memiliki tinggi nada tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.

b. Irama

Ritme/irama adalah gerak teratur karena munculnya aksen secara tetap. Keindahan irama lebih terasa karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyi. Ritme merupakan aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti beberapa variasi gerak melodi. Ritme dapat kita rasakan dengan mendengarkan lagu secara berulang-ulang. Pola irama musik memberikan perasaan ritmis karena pada hakikatnya irama adalah yang menggerakkan perasaan yang erat hubungannya dengan gerak fisik. Setiap ragam musik daerah menghasilkan pola irama dan warna yang berbeda sehingga kita mengenal berbagai macam irama, seperti: irama gamelan, melayu, dan gambus.

c. Dinamik

Dinamik adalah keras lembut lagu dan perubahannya. Tanda dinamik dibagi menjadi tiga, Yaitu sebagai berikut.

1) Tanda dinamik lembut, misalnya:
a) piano (p) - lembut,
b) pianissimo (pp) - sangat lembut.

2) Tanda dinamik sedang, misalnya:
a) mezzo piano (mp) - agak lembut,
b) mezzo forte (mf) - agak keras.

3) Tanda dinamik keras, misalnya:
a) forte (f) - keras,
b) fortissimo (ff) - sangat keras.

Untuk menunjukkan perubahan tempo, dipakai istilah sebagai berikut.
1) Cressendo (cresc) <, artinya berangsur-angsur makin keras.
2) Decressendo (decresc) >, artinya berangsur-angsur makin lembut.
3) Subito forte (sf), artinya tiba-tiba keras.
4) Subito piano (sp), artinya tiba-tiba lambat.

d. Tempo

Tempo adalah cepat atau lambatnya sebuah lagu. Ukuran untuk menentukan tempo adalah beat. Beat, yaitu ketukan dasar yang menunjukkan banyaknya ketukan dalam satu menit. Misalnya, sebuah lagu memiliki beat MM 70, artinya dalam satu menit terdapat 70 ketukan dan dalam satu ketukan dinyatakan dengan notasi seperempat (@). MM adalah singkatan dari Metronome Malzel. Metronome adalah alat pengukur tempo. Kata Malzel (1815) diambil dari nama pencipta alat ini.

Tanda tempo dibagi menjadi tempo lambat, sedang, cepat, dan perubahan.

1) Tanda tempo lambat
a) Largo artinya sangat lambat, luhur, dan agung.
b) Adagio artinya sangat lambat dengan penuh perasaan.
C) Grave artinya sangat lambat dan sedih.
d) Lento artinya sangat lambat dan berhubungan, melandai.

2) Tanda tempo sedang
a) Andante artinya sedang, cepat seperti orang berjalan.
b) Andantino artinya lebih lambat dari andante.
c) Moderato artinya sedang cepatnya.
d) Allegro Moderato artinya agak cepat dari moderato.

3) Tanda tempo cepat ,
a) Allegro artinya cepat.
b) Allegretto artinya agak cepat.
c) Presto artinya cepat sekali dan tergesa-gesa.
d) Vivace artinya cepat, lincah, hidup tangkas. 

4) Tanda tempo perubahan
Tanda tempo perubahan memperlambat
a) Rit (Rittenuto) artinya makin lama makin lambat.
b) Ritard (Ritardando) artinya makin lambat perlahan: lahan.
c) a.t. (A tempo) artinya tempo harus kembali ke tempo semula setelah beberapa kali menjalani perubahan.

Tanda tempo perubahan mempercepat
a) Accel (Accelerandoy artinya makin lama makin dipercepat.
b) String (Stringendo) artinya makin lama makin cepat dan tergesa-gesa

B. Teknik Menyanyikan dan Memainkan Instrumen Lagu Daerah

1. Teknik Menyanyikan Lagu Daerah

Setiap suku atau daerah di Indonesia memiliki lagu daerah yang menggunakan bahasa daerah setempat dan diiringi dengan karawitan (alat musik tradisional lengkap secara orkes). Karya-karya seni musik (karawitan) dimainkan dengan ansambel gamelan atau repertor yang bersifat tradisional dan anonimus. Seringkali, seorang pemain/seniman ahli karawitan menambah atau mengurangi komposisi karawitan yang dimainkan, begitu juga dengan beberapa gaya. Lagu daerah dibawakan sesuai dengan teknik ucapan atau artikulasi daerahnya sehingga teknik menyanyi lagu tradisional antardaerah bisa saja berbeda-beda. Lagu daerah biasanya dibawakan oleh paduan suara dan dinyanyikan secara unisono (satu suara).

Paduan Suara merupakan bentuk penyajian musik vokal yang dihadirkan oleh suatu grup, dapat menggunakan satu suara (unisono), dua suara, atau lebih. Gaya musikal adalah ciri khas atau karakteristik musikal dari beberapa kondisi. Maka setiap wilayah memiliki gaya yang berbeda-beda, seperti:
  1. Gaya Lokal, yakni karakteristik cara menyanyikan lagu daerah yang berbeda dengan daerah lain. Kemudian, pada era globalisasi disebut entitas lokal genius.
  2. Gaya individual, yakni tipologi karakteristik seseorang tokoh yang menciptakan lagu, sehingga berbeda dengan pencipta lagu lainnya.
  3. Gaya periodikal, adalah tipologi karakteristik zaman tertentu yang menghasilkan gaya musikal, adalah tipologi karakteristik yang dapat dibedakan dari berbagai bentuk karya musikal yang ada, misalnya: pada musik Betawi, dalam gambang kromong lagu sayur, dengan lagu phobin atau dalam keroncong tugu. antara kroncong asli, langgam, dan stambul.
Dalam menyanyikan lagu dan mengiringi lagu, perlu mengetahui beberapa teknik dasar yang harus dikuasai, agar suara yang dihasilkan dan permainan musik yang ditampilkan akan terdengar sesuai dengan notasi-notasi serta simbol-simbol yang tertera pada partitur lagu serta akan terdengar merdu. Sebelum mengenal beberapa teknik dasar menyanyi dan teknik dasar mengiringi lagu, kita mengenal bunyi pada seni musik.

Bunyi pada seni musik dibedakan menjadi dua, yaitu bunyi yang dihasilkan alat musik dan bunyi yang dihasilkan oleh suara manusia. Ada satu jenis musik lagi, yaitu penggabungan musik instrumental dan vokal. Alat musik (instrumen) disini berfungsi mengiringi sebuah nyanyian.

Berikut teknik menyanyi dan mengiringi lagu.

a. Teknik vokal

Teknik vokal yang harus dikuasai tersebut antara lain intonasi, artikulasi, dan pernapasan. Sekarang kamu akan mempelajari teknik vokal lainnya. 

1) Ekspresi disebut juga penjiwaan lagu.

Hal ini lebih ditekankan pada kemampuan penyanyi menyesuaikan isi dan jiwa lagu sesuai dengan kehendak pencipta. Berikut beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang penyanyi.
  • a) Menguasai materi lagu.
  • b) Mengerti isi lagu.
  • c) Menerapkan frasering dengan baik.
  • d) Memahami tanda-tanda yang terdapat dalam lagu, contohnya tanda tempo, tanda dinamik, dan tanda ekspresi.

2) Frasering 

adalah teknik pemenggalan kalimat lagu dan pengucapan kata yang jelas. Frasering berhubungan erat dengan teknik pernapasan. Pemenggalan kata yang tidak tepat akan memiliki arti atau makna yang berbeda.

b. Teknik mengiringi lagu

Lagu dapat diiringi menggunakan alat musik ritmis dan melodis, alat ritmis bertungsi membawa irama lagu, sedangkan alat musik melodis berfungsi membawa melodi. Iringan sebuah lagu biasanya terdiri atas bagian-bagian berikut.
  1. Intro adalah melodi pembuka sebelum lagu dimulal.
  2. Lagu.
  3. Interlude adalah musik atau melodi di tengah lagu.
  4. Coda adalah penutup lagu.
Teknik vokal yang sudah dipelajari dapat digunakan sebagai bekal dalam menyanyikan sebuah lagu. Setiap jenis lagu memiliki ciri khusus, sehingga cara menyanyikannya memiliki perbedaan. Teknik membawakan lagu daerah pada umumnya menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu setempat, sehingga teknik ucapan atau artikulasi harus dibawakan sesuai dengan dialek setempat.

Selengkapnya anda dapat mempelajari materi ini pada video berikut ini 

Posting Komentar untuk "Seni Budaya Kelas 8 Semester 2 : Lagu Daerah "