Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Syawal, Inspirasi Sedekah, dan Semangat Berbagi: Pesan Menyentuh dari Kepala MTsN 3 Mataram

Kepala MTsN 3 Mataram
Makna Syawal, Inspirasi Sedekah, dan Semangat Berbagi: Pesan Menyentuh dari Kepala MTsN 3 Mataram

Mataram, ruslanwahid.my.id — Suasana pagi Jum'at (12/4/2025) yang cerah usai hujan pada malam hari, tampak semangat dan antusiasme para guru dan siswa MTsN 3 Mataram untuk berkumpul bersama dalam kegiatan imtaq Jum'at yang masih dalam suasana Syawal yang digelar di halaman madrasah. 

Kegiatan yang diawali dengan salat duha, pembacaan Surah Yasin, tahlil, serta tausiah dari petugas pengurus Orsima tentang silaturahmi ini menjadi momen reflektif yang penuh hikmah. 

Sebagai penutup, Kepala MTsN 3 Mataram, H. Marzuki, menyampaikan pesan mendalam yang menyentuh hati, membangkitkan semangat spiritual, serta menggugah kesadaran sosial seluruh warga madrasah.

Pembukaan Penuh Kehangatan

Dengan gaya khas yang akrab dan membumi, H. Marzuki membuka penyampaiannya dengan salam yang hangat namun mengandung teguran ringan.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ada yang belum jawab salam tadi, terutama yang pakai peci putih di belakang, sepertinya masih bermain-main. Ulangi, mudah-mudahan salam kedua ini dijawab sepenuh hati.”

Sontak suasana menjadi hangat. Gelak tawa kecil terdengar di antara siswa, namun segera berubah menjadi hening penuh perhatian ketika beliau melanjutkan sambutannya.

Makna Syawal: Bulan Peningkatan

Dalam sambutannya, H. Marzuki mengajak seluruh hadirin untuk bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk berkumpul di bulan Syawal.

“Alhamdulillah, Allah masih mempertemukan kita di bulan Syawal. Bulan ini bukan sekadar bulan setelah Ramadan, tapi bulan peningkatan. Semoga apa yang kita lakukan pagi ini menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT,” ujarnya.

Syawal, menurutnya, bukan hanya tentang perayaan Idul Fitri dan saling memaafkan, tetapi juga momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah serta hubungan sosial.

Ibadah Sosial: Nilai yang Terlupakan

Dalam penekanan spiritualnya, H. Marzuki menyoroti perbedaan antara ibadah individu dan ibadah sosial.

“Puasa yang kita lakukan selama Ramadan adalah ibadah personal. Tapi ada jenis ibadah yang manfaatnya meluas ke orang lain, yaitu ibadah sosial seperti sedekah dan infak. Ibadah ini lebih besar dampaknya,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW.

Kisah Inspiratif: Jubah Rasulullah dan Tiga Derajat yang Terangkat

Untuk memperkuat pesannya, beliau membagikan sebuah kisah inspiratif dari zaman Rasulullah SAW yang menggambarkan kekuatan sedekah dan dampaknya terhadap kehidupan.

Dikisahkan, suatu hari seorang pengemis mengetuk pintu rumah Nabi Muhammad SAW. Sang Nabi meminta istrinya, Siti Aisyah, untuk membukakan pintu dan mencarikan sesuatu yang bisa disedekahkan. Meski tak memiliki apa-apa, akhirnya Rasulullah memberikan jubah pemberian seseorang kepada sang pengemis.

Pengemis itu merasa sangat bangga dan menjual jubah tersebut di pasar. Seorang majikan kaya yang buta mendengar kabar itu, dan memerintahkan budaknya untuk membeli jubah tersebut dengan harga berapapun. Sebagai imbalan, sang budak akan dimerdekakan jika berhasil membelinya.

Setelah jubah dibeli dan diserahkan kepada sang majikan, ia mengusap wajahnya dengan jubah itu sambil berdoa penuh keyakinan. Secara ajaib, ia kembali bisa melihat dengan jelas. Sebagai ungkapan syukur, ia menghadiahkan kembali jubah itu kepada Nabi.

H. Marzuki pun merangkum makna kisah tersebut:

  1. Pengemis yang tak punya apa-apa menjadi kaya.

  2. Budak yang diperintah membeli jubah menjadi orang merdeka.

  3. Majikan buta kembali bisa melihat.

“Inilah kekuatan sedekah. Tidak akan mengurangi harta kita, justru akan bertambah dan membawa keberkahan,” tegas beliau dengan suara penuh semangat.

Ajakan Berbagi dalam Kehidupan Sehari-hari

Tak hanya menyentuh aspek spiritual, H. Marzuki juga menekankan pentingnya semangat berbagi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan sekolah. Ia mengajak siswa untuk saling membantu dalam belajar, membagi pengetahuan, dan tidak saling menjatuhkan.

“Berbagi tidak harus berupa uang atau barang. Ilmu, perhatian, dan kepedulian juga bentuk sedekah. Tapi ingat, jangan berbagi saat ulangan ya,” selorohnya yang disambut tawa siswa.

Challenge Edukatif dan Apresiasi

Menutup penyampaiannya, beliau memberikan tantangan kecil kepada siswa untuk menyebutkan tiga manfaat dari sedekah berdasarkan kisah inspiratif tadi. Seorang siswa bernama Aidul Fitri dari salah satu kelas dengan berani mengangkat tangan dan menyampaikan jawabannya.

Meski belum sempurna, keberaniannya diapresiasi dengan hadiah khusus dari kepala madrasah.

“Ini bukan sekadar soal benar atau salah, tapi keberanian untuk tampil dan belajar dari proses,” ujar beliau.

Penutup Penuh Harap dan Doa

Di akhir sambutannya, H. Marzuki menyampaikan harapan agar seluruh siswa dan guru terus memperbaiki diri dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia menutup dengan doa:

“Yang pendek umurnya, semoga dipanjangkan. Yang kekurangan rezeki, semoga diluaskan. Yang sakit, semoga disembuhkan. Yang sedang bersedih, semoga diberi ketenangan. Amin.” harapnya.

Posting Komentar untuk "Makna Syawal, Inspirasi Sedekah, dan Semangat Berbagi: Pesan Menyentuh dari Kepala MTsN 3 Mataram"