Menurut Psikologi: 5 Alasan Orang Otentik Bisa jadi Tantangan bagi Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar

ruslanwahid.my.id - Banyak kali kita menemui ungkapan "jadi orang asli" atau setidaknya jangan kehilangan identitas Anda, bisa jadi ini adalah nasihat yang layak diingat bila disesuaikan dengan konteksnya.
Menurut artikel di wikiHow pada hari Kamis (10/04), untuk menjadi pribadi yang otentik, Anda perlu menerima keaslian diri sendiri serta menghargai orang lain. Orang-orang otentik ini selalu konsisten dalam menjalankan nilai-nilainya dan cenderung memiliki pendirian yang stabil tanpa berganti-ganti saat bertemu dengan individu yang berbeda-beda.
Tindakan itu pastinya mengharuskan kita untuk bersikap jujur dan tulus tanpa berpura-pura demi mendapatkan penghargaan dari orang lain. Di saat yang sama, kita harus tetap mengevaluasi apakah tingkat ketersesuaian antara kepribadian sejati kita dengan situasi aktual telah tercapai atau belum.
Berdasarkan artikel di Psychology Today tanggal Kamis (10/04), terdapat lima alasan mengapa individu yang otentik dapat menjadi masalah baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya:
1. Setiap aspek dari dalam diri seseorang itu unik dan berbeda.
Kepribadian manusia sebenarnya terdiri dari berbagai komponen yang bekerja secara independen, di mana setiap elemen memiliki sudut pandang, emosi, serta hasrat tersendiri. Keberadaan bagian-bagian tersebut adalah hal normal dan justru inilah yang membentuk kemanusiaan kita.
Setelah itu, saat kita berusaha memilih hanya satu diri "otentik" untuk menjelaskan identitas kita, hal ini pada dasarnya menyepelekan kerumitan dari pemikiran manusia.
2. Kesahihan tergantung pada kondisinya
Yang tampak asli pada suatu saat mungkin terasa sepenuhnya keliru di waktu lain, hal ini disebabkan oleh sistem saraf memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Saat otak berada dalam keadaan survival, area yang mengatur pertempuran, pelarian, atau diamakan menjadi aktif.
Tugas sesungguhnya bukanlah tentang "tetap asli", melainkan mempelajari cara merancang sistem agar setiap komponen bisa terintegrasi dengan baik sebelum melakukan tindakan.
3. Beban untuk bersifat otentik bisa menghasilkan hantaman emosional
Anda perlu memiliki kepercayaan diri namun tak boleh sampai sombong. Harus transparan tanpa perlu membocorkan segalanya. Jadi asli tapi jangan sampah, dan hal ini sungguh menguras energi.
Anda tidak perlu memutuskan antara menjadi seperti mesin atau mengekspos emosi dengan cara yang rentan. Anda diperbolehkan untuk mengatur batas dan bersifat jujur, sementara itu, menjadi versi diri sendiri yang paling bugar belum tentu berarti tanpa penyaringan sama sekali.
4. Keaslian kadang digunakan sebagai alasan untuk mengelakkan kewajiban.
Terkadang "keaslian" dijadikan dalih untuk melampiaskannya emosi yang belum diselesaikan atau untuk mengelak dari usaha ekstra. Terdapat bedanya antara menyampaikan kenyataan dengan menyalahgunakannya.
Berterus terang soal emosi tak berarti Anda boleh menyingkirkannya kepada pihak lain. Kami bisa menghargai perasaan kami sendiri tanpa biarkan mereka mendominasi, serta tersedia banyak cara buat menjaga keseimbangan tersebut.
Sebagaimana ditulis dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Aggression, Maltreatment and Trauma (Hodgdon et al., 2021), "IFS meliputi pemahaman tentang kesadaran, belaian diri, penghargaan terhadap keberagaman pikiran seseorang, pendekatan sistemik, serta konsep traumatis."
5. Tidak ada hal yang otentik di setiap situasi
Isyarat sosial, latar belakang budaya, serta perubahan kekuasaan semua berpengaruh pada bagaimana kami menyampaikan diri. Ini tidak melawan jati diri, tetapi malah menjadikannya individu yang matang dan memiliki kesadaran emosi.
Bisa jadi Anda seseorang yang terbuka dan jujur, tetapi itu tak bermakna tingkah laku seperti itu dapat dibenarkan ketika suasana sedang memanas.
Posting Komentar untuk "Menurut Psikologi: 5 Alasan Orang Otentik Bisa jadi Tantangan bagi Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar"